Rabu, 07 November 2012

Tugas Softskill Bahasa Indonesia (2)

SILOGISME

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme terdiri dari; Silogisme Katagorial, Silogisme Hipotetik,Silogisme Alternatif dan Silogisme Disyungtif.
 
1.Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh:
•    Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
•       Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
•    Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorial.
•    Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
   Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
   Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
•    Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
   Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
   Sebagian pejabat korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
•    Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
   Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
   Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
•    Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
   Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
   Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
•    Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
•    Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
   Kerbau adalah binatang.(premis 1)
   Kambing bukan kerbau.(premis 2)
∴ Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
•    Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
   -Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
   -Januari adalah bulan.(minor)
   -Januari bersinar dilangit?
•    Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
   Kucing adalah binatang.(premis 1)
   Domba adalah binatang.(premis 2)
   Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
   Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
 
Silogisme Hipotetik
 
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
•    Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
   Jika hujan saya naik becak.(mayor)
   Sekarang hujan.(minor)
∴ Saya naik becak (konklusi).
•    Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
   Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
    Sekarang bumi telah basah (minor).
∴ Hujan telah turun (konklusi)
•    Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
   Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
   Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
   Kegelisahan tidak akan timbul.
•    Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
   Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
   Pihak penguasa tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
•    Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
•    Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
•    Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
•    Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
   Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
   Nenek Sumi berada di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
•    Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
•    Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
 
Silogisme Disjungtif 
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
•    Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:
   Heri jujur atau berbohong.(premis1)
   Ternyata Heri berbohong.(premis2)
∴ Ia tidak jujur (konklusi).
•    Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:
   Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)
   Ternyata tidak di rumah.(premis2)
∴ Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
•    Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
   Hasan berbaju putih atau tidak putih.
   Ternyata Hasan berbaju putih.
∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.
•    Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
1.    Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
   Budi menjadi guru atau pelaut.
   Budi adalah guru.
∴ Maka Budi bukan pelaut.
1.    Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
   Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
   Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
   Dia lari ke Solo?
 
KESALAHAN PENALARAN 
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
Salah nalar ada dua macam:
1.    Salah nalar induktif, berupa :
a.    kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
b.    kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
c.    kesalahan analogi.
 
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
a.    kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;
b.    kesalahan karena adanya term keempat;
c.    kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan
d.    kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
 
Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
Pengertian dan contoh salah nalar :
1.    Gagasan,
2.    pikiran,
3.    kepercayaan,
4.    simpulan yang salah, keliru, atau cacat.

Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau salah tulis misalnya.
Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses penalarannya yang merupan kesalahan formal.
Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut sebagai salah nalar.
Berikut ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :
A. Generelisasi terlalu luas
Contoh : perekonomian Indonesia sangat berkembang
B. Analogi yang salah
Contoh : ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualya dengan harga terjangkau.
 
Jenis – jenis salah nalar  
A.    Deduksi yang salah : Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.
contoh :
•    Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
•    Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
 
B.    Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh :
•    Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
•    Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
 
C.    Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan jawaban yang ada.
Contoh :
•    Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.
 
D.    Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:
•    Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
•    Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
 
E.    Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh:
•    Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
 
F.    Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh:
•    Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen.
Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
 
KESIMPULAN 
Jadi, maksud dari penalaran adalah untuk menemukan kebenaran. Dan Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi :
•    Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
•    Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
http://renimariaug.blogspot.com/2010/03/silogisme-kategorial.html
http://seckerfers.wordpress.com/2011/10/28/salah-nalar/






Tugas Softskill Bahasa Indonesia

KARANGAN ILMIAH

Karangan merupakan karya tulis yang dihasilkan dari kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikannya melalui media tulisan kepada orang lain untuk dipahami. Sedangkan karangan ilmiah menurut Brotowidjoyo adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Jadi, karya ilmiah adalah suatu tulisan yang didalamnya membahas suatu masalah yang dilakukan berdasarkan penyedikan, pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian,baik penelitian lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka dan dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah,yang dikatakan dengan pemikiran ilmiah disini adalah pemikiran yang logis dan empiris. Bentuk karangan ilmiah dapat berupa makalah, usulan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Sedangkan jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Ciri Karya Ilmiah
Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Objektif.

Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
2. Netral.

Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
3. Sistematis.

Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
4. Logis.

Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
5. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan).

Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
6.  Tidak Pleonastis

Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).
7.  Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.
Isi ( batang tubuh ) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Seperti yang diungkapkan oleh John Dewey, ada 5 langkah pokok proses ilmiah.
1.      Mengenali dan merumuskan masalah
2.      Menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis.
3.      Merumuska hipotesis ( dugaan hasil sementara )
4.      Menguji hipotesis
5.      Menarik kesimpulan
Contoh Karangan Ilmiah  
a. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

b.Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana.Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri sekalipun dipandu dosen pembimbing menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam,dan dilakukan mandiri.

c.Disertasi
Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.



PENULISAN ILMIAH

1.Penulisan Ilmiah Pengertian
Penulisan ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Penulisan ilmiah juga merupakan uraian atau laporan tentang kegiatan, temuan atau informasi yang berasal dari data primer dan / atau sekunder, serta disajikan untuk tujuan dan sasaran tertentu. Informasi yang berasal dari data primer yaitu didapatkan dan dikumpulkan langsung dan belum diolah dari sumbernya seperti tes, kuisioner, wawancara, pengamatan / observasi. Informasi tersebut dapat juga berasal dari data sekunder yaitu telah dikumpulkan dan diolah oleh orang lain, seperti melalui dokumen (laporan), hasil penalitian, jurnal, majalah maupun buku. Penyusunan penulisan dimaksudkan untuk menyebarkan hasil tulisan dengan tujuan tertentu yang khusus, sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang tidak terlibat dalam kegiatan penulisan tersebut. Sasaran penulisan yang dimaksud adalah untuk masyarakat tertentu seperti ilmuwan, masyarakat luas baik perorangan maupun kelompok dan pemerintah atau lembaga tertentu.
Tujuan Penulisan Ilmiah adalah memberikan pemahaman agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur.

Isi dari Penulisan ilmiah diharapkan memenuhi aspek-aspek di bawah ini :
1.Relevan dengan situasi dan kondisi yang ada.
2.Mempunyai pokok permasalahan yang jelas.
3.Masalah dibatasi, sesempit mungkin.

Contoh Karya Tulis Ilmiah

 Sesuai dengan cirinya yang tertulis tadi, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
•    MAKALAH
Makalah, adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa.
•    SKRIPSI
Skripsi, adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.
•    TESIS
Tesis, adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.
•    DISERTASI
Disertasi, adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.
•    ARTIKEL
Artikel, merupakan karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66).  Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas (Tartono 2005: 84).
Artikel merupakan: karya tulis atau karangan; karangan nonfiksi; karangan yang tak tentu panjangnya; karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur; sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dan sebagainya; wujud karangan berupa berita atau “karkhas” (Pranata 2002: 120).
Artikel mempunyai dua arti: (1) barang, benda, pasal dalam undang- undang dasar atau anggaran dasar; (2) karangan, tulisan yang ada dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Tetapi, kita akan lebih jelas lagi dengan penguraian Webster`s Dictionary yang mengartikan bahwa artikel adalah a literary compositon in a journal (suatu komposisi atau susunan tulisan dalam sebuah jurnal atau penerbitan atau media massa). Sejak tahun 1980 para jurnalis Amerika sepakat untuk memakai istilah artikel bagi tulisan yang berisi pendapat, sikap, atau pendirian subjektif mengenai masalah yang sedang dibahas disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung pendapatnya.
•    ESAI
Esai, adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya. Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini, dengan kata lain semuanya akan menunjukkan sebuah opini pribadi (opini penulis) sebagai analisa akhir. Perbedaannya dengan tulisan yang lain, sebuah esai tidak hanya sekadar menunjukkan fakta atau menceritakan sebuah pengalaman; ia menyelipkan opini penulis di antara fakta-fakta dan pengalaman tersebut. Jadi intinya kita harus memiliki sebuah opini sebelum menulis esai.
•    OPINI
Opini, adalah sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang; apa yang dipikirkan seseorang; penilaian.
•    FIKSI
Fiksi, satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb adalah hal-hal penting yang memerlukan perhatian tersendiri. Meski demikian, dengan kisah (bisa juga data) yang asalnya dari imajinasi pengarang tersebut, tulisan fiksi memungkinkan kebebasan bagi seorang pengarang untuk membangun sebuah ‘kebenaran’ yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan kepada pembacanya. Sementara itu, kebebasan yang dimiliki pengarang fiksi tadi di lain pihak juga memungkinkan adanya kebebasan bagi pembaca untuk menginterpretasikan makna yang terkandung dalam tulisan tersebut. Artinya, fiksi sangat memungkinkan adanya multi interpretasi makna. Para pendukung tulisan fiksi meliputi: novelis, cerpenis, dramawan dan kadang penyair pun sering dimasukkan ke dalam golongan ini.
Di Perguruan Tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skrispsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari.
1.    Tujuan Dan Kegunaan
Pada hakikatnya penulisan karya ilmiah pada mahasiswa bertujuan:
•    Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
•    Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
•    Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara STAIN dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
•    Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
Kesalahan Yang Sering Terjadi
Sebetulnya mahasiswa terlebih para sarjana memiliki modal kemampuan menulis. Hanya saja kemampuan tersebut haruslah senantiasa diasah agar tidak tumpul. Seorang mahasiswa serta sarjana yang memiliki kemampuan menulis akan lebih sukses daripada yang tidak memiliki kemampuan tersebut.
Beberapa bentuk kesalahan yang sering dijumpai dalam tulisan antara lain:
•    Salah mengerti audience atau pembaca tulisannya.
•    Salah dalam menyusun struktur pelaporan.
•    Salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat).
•    Salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan, penggunaan Bahasa Indonesia (akan dibahas secara khusus) yang belum baik dan benar.
•    Tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri).
•    Tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).
•    Isi yang terlalu singkat karena dibuat dengan menggunakan point-form seperti materi presentasi.
•    Isi justru terlalu panjang dengan pengantar introduction yang berlebihan.
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

LAPORAN ILMIAH

Pengertian Laporan Ilmiah
Laporan ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu.

Dasar Membuat Laporan Ilmiah
Ada beberapa hal yang mendasari dalam pembuatan Laporan Ilmiah. Diantaranya :
1.    Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
2.    Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
3.    Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
4.    Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
5.    Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.
Jenis-jenis Laporan Ilmiah

Dari beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis Laporan Ilmiah yaitu sebagai berikut :

Laporan Lengkap (Monograf)
•    Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh.
•    Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
•    Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis.
•    Menjelaskan (juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai.
•    Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).
Artikel Ilmiah
•    Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
•    Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif.
•    Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.
Laporan Ringkas
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).

Fungsi Laporan Ilmiah

1.    Laporan penelitian mengkomunikasikan kepada pembaca seperangkat data dan ide spesifik. Ide spesifik. Spesifik tersebut disampaikan secara jelas dan cukup rinci agar dapat dievaluasi.
2.    Laporan Ilmiah harus dilihat sebagai sumbangan dalam khasanah ilmu pengetahuan.
3.    Laporan Ilmiah harus berfungsi sebagai stimulator dan mengarahkan pada penelitian selanjutnya.
Sistematika Penulisan
Pada dasarnya ada dua bentuk sistematika penulisan ilmiah , yaitu penulisan proposal penelitian dan laporan hasil penelitian. Pada umumnya sistematika penulisan proposal penelitian danpenulisan laporan penelitian sebagai berikut :

BAGIAN AWAL
1.    halaman judul
2.    Halamn persetujuan dan pengesahan (pada laporan penelitian ,sebelum halaman kata pengantar dicantumkan intisari /abstrak)
3.    Halamn kata pengantar atau prakata
4.    Daftar isi
5.    Daftar tabel (jika ada)
6.    Daftar gambar (jika ada)
7.    Daftar lampiran (jika ada)
BAGIAN UTAMA
BAB I PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
2.    Rumusan masalah
3.    Tujuan penelitian
4.    Ruang lingkup
5.    Manfaat penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.    Landasan teori/ tinjauan teoretis
2.    Kerangak teori
3.    Kerangka konsep
4.    Hipotesis atau pertamyaan penelitian (jika ada hipotesis)
BAB III METODE PENELITIAN ATAU CARA PENELITIAN
•    Jenis penelitian
•    Populasi sample (untuk penelitian disertai unit penelitian )
•    Variabel penelitian (untuk penelitian laboratorium / eksperimental, sebelum variabel penelitian dicantumkan bahan dan alat)
•    Definisi operasioanal variabel atau istilah –istilah lain yang digunakan untuk memberi batasan operasional agar jelas yang dimahsud dalam penelitian itu.
•    Desain / rancangan penelitian ( tidak harus , kecuali pada penelitian eksperimental)
•    Lokasi dan waktu penelitian
•    Teknik pengumplan data.
•    Instrumen penelitian yang digunakan
•    Pengolahan dan Analisis data
BAB IV – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI – RINGKASAN
BAGIAN AKHIR
Terdiri dari Daftar pustaka dan Lampiran – lampiran; Instrumen penelitian, Berbagai data sekunder yang diperlukan, Anggaran penelitian, dan Jadwal penelitian.
Referensi :http://aidafiteri.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-ciri-ciri-karangan.html
http://daudp65.byethost4.com/mki/mki7.htm
http://aryonelmessi.wordpress.com/2011/02/24/penulisan-ilmiah-2/
http://bloggerklengerrr.blogspot.com/2009/10/pengertia-penulisan-ilmiah.html
http://myth90.blogspot.com/2011/04/laporan-ilmiah.html

Senin, 08 Oktober 2012

Tugas Bahasa Indonesia (Karya Ilmiah)

                                                                    KARYA ILMIAH

 
Definisi Karya Ilmiah

Karya Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya.Karya ilmiah juga biasa disebut karangan ilmiah. Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodolog penulisan yang baik dan benar. Tujuan penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.

Ciri-ciri Karya Ilmah

Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Adapun jenis karangan ilmiah yaitu:
  1. Makalah : karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan).
  2. Kertas kerja: makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius, biasanya disajikan dalam lokakarya.
  3. Skripsi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain
  4. Tesis: karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
  5.  Disertasi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan analisi yang terinci.
Menurut http://www.geocities.com/liacybercampus/pedomanskripsi, karya ilmiah ada dua jenis, yaitu :
  1. Karangan ilmiah, yaitu salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya.
  2.  Laporan ilmiah, yaitu suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan,atau gagasan dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan.. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan telnologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu.

MACAM KARYA TULIS ILMIAH

Sesuai dengan cirinya yang tertulis tadi, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

•    MAKALAH
Makalah, adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa.

•    SKRIPSI
Skripsi, adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.

•    TESIS
Tesis, adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.

•    DISERTASI
Disertasi, adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.

•    ARTIKEL
Artikel, merupakan karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66). Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas (Tartono 2005: 84).
Artikel merupakan: karya tulis atau karangan; karangan nonfiksi; karangan yang tak tentu panjangnya; karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur; sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dan sebagainya; wujud karangan berupa berita atau “karkhas” (Pranata 2002: 120).
Artikel mempunyai dua arti: (1) barang, benda, pasal dalam undang- undang dasar atau anggaran dasar; (2) karangan, tulisan yang ada dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Tetapi, kita akan lebih jelas lagi dengan penguraian Webster`s Dictionary yang mengartikan bahwa artikel adalah a literary compositon in a journal (suatu komposisi atau susunan tulisan dalam sebuah jurnal atau penerbitan atau media massa). Sejak tahun 1980 para jurnalis Amerika sepakat untuk memakai istilah artikel bagi tulisan yang berisi pendapat, sikap, atau pendirian subjektif mengenai masalah yang sedang dibahas disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung pendapatnya.

•    ESAI
Esai, adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya. Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini, dengan kata lain semuanya akan menunjukkan sebuah opini pribadi (opini penulis) sebagai analisa akhir. Perbedaannya dengan tulisan yang lain, sebuah esai tidak hanya sekadar menunjukkan fakta atau menceritakan sebuah pengalaman; ia menyelipkan opini penulis di antara fakta-fakta dan pengalaman tersebut. Jadi intinya kita harus memiliki sebuah opini sebelum menulis esai.

•    OPINI
Opini, adalah sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang; apa yang dipikirkan seseorang; penilaian.

•    FIKSI
Fiksi, satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb adalah hal-hal penting yang memerlukan perhatian tersendiri. Meski demikian, dengan kisah (bisa juga data) yang asalnya dari imajinasi pengarang tersebut, tulisan fiksi memungkinkan kebebasan bagi seorang pengarang untuk membangun sebuah ‘kebenaran’ yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan kepada pembacanya. Sementara itu, kebebasan yang dimiliki pengarang fiksi tadi di lain pihak juga memungkinkan adanya kebebasan bagi pembaca untuk menginterpretasikan makna yang terkandung dalam tulisan tersebut. Artinya, fiksi sangat memungkinkan adanya multi interpretasi makna. Para pendukung tulisan fiksi meliputi: novelis, cerpenis, dramawan dan kadang penyair pun sering dimasukkan ke dalam golongan ini.
Di Perguruan Tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skrispsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari.

Tugas Bahasa Indonesia (Penalaran Deduktif)


Penalaran Deduktif


Pengertian Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional,instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahuluharus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakankata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Faktor – faktor penalaran deduktif :
1.    Pembentukan Teori
2.    Hipotesis
3.    Definisi Operasional
4.    Instrume
5.     Operasionalisasi


Jenis Penalaran Deduktif
Jenis – jenis penalaran deduktif yaitu :
  1. Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
  2. Silogisme Hipotesis: Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
  3. Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
  4. Entimen : Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Beberapa Konsep dan simbol dalam penalaran yaitu :

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan suatu simbol. Dimana simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud dalam penalaran akan akan berupa argumen.Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah suatu kalimat (kalimat berita) dan menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.Berdasarkan keterangan diatas bahwa tiga bentuk didalam pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. idak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi tersebut digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari suatu rangkaian pengertian.

Didalam penalaran ada beberapa syarat – syarat kebenaran dalam penalaran yaitu :
Jika seseorang melakukan penalaran maka orang tersebut menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  •  Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan –aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penalaran induktif dan deduktif sangat berkaitan erat dalam mengadakan suatu karya ilmiah yang dapat digunakan secara bersama – sama.

Referensi :
http://cahyanuaink.blogspot.com/2012/03/penalaran-deduktif.html
http://tugasyosta-yosta.blogspot.com/2012/03/pengertian-penalaran-deduktif.html

Senin, 09 April 2012

Tugas Aspek HUkum Dalam Ekonomi


Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perkosaan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Setiap hari di berbagai media kerap bermunculan kasus-kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual. ini tidak saja terjadi dengan orang lain, bahkan mirisnya seringkali dilakukan antara sesama anggota keluarga, tetangga, bahkan antara bapak dan anak dan anak dan ibu. Sebagai objeknya tentunya sebagian besar adalah kaum Hawa. Tentunya sebagai pelakunya adalah kaum Adam. Kadang terjadi di kendaraan-kendaraan umum, rumah-rumah kos, tempat-tempat wisata dan hiburan. Sehingga kasus ini merupakan kasus yang sudah tidak asing lagi untuk menjadi “santapan” informasi harian melalui media.
 
Kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu jenis tindak pidana yang sering menemui jalan buntu ketika diupayakan sebuah penyelesaian melalui jalur hukum. Berbagai hambatan muncul karena memang di dalam tindak pidana ini warna kultur adalah karakteristik yang dominan sehingga penyelesaian-penyelesaian di luar hukum lebih akrab sebagai pilihan. Diantara bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan tersebut, LBH-APIK (2006) melaporkan bahwa di Indonesia perkosaan merupakan jenis kekerasan tertinggi pada perempuan yaitu sebanyak 54%.
Masalah tindak pidana perkosaan memiliki dimensi yang sangat luas tidak hanya terbatas pada persoalan hukum saja. Faktor kultur masyarakat menjadi determinan yang ikut menentukan penyelesaian hukum tindak pidana perkosaan tersebut. Faktor kultural tersebut ternyata justru menjadi hambatan dalam penyelesaian hukum disamping karakteristik peristiwa perkosaan itu sendiri yang membuat ketentuan yuridis positif menjadi sangat terbatas untuk menjangkaunya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tindak pidana perkosaan?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya tindak pidana perkosaan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Kriminologi.
2. Untuk mengetahui arti dari tindak pidana perkosaan.
3. Untuk memahami faktor penyebab terjadinya tindak pidana perkosaan.

D. Metodologi

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode/cara pengumpulan data atau informasi melalui :
• Penelitian kepustakaan (Library Research); yaitu penelitian yang dilakukan melalui studi literature, dokumen, dan sebagainya yang sesuai atau yang ada relevansinya (berkaitan) dengan masalah yang dibahas.
• Browsing; yaitu mencari data dan informasi melalui media internet.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penulisan ini, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikan sistematika penulisannya agar lebih mudah dipahami dalam memecahkan masalah yang ada, di dalam penulisan ini dibagi dalam 3 (tiga) bab yang terdi

  Tinjauan tentang Tindak Pidana Perkosaan
A.1. Pengertian Tindak Pidana

Ilmu hukum pidana mengenal istilah tindak pidana dalam bahasa Belanda yaitu “strafbaarfeit” atau kadang-kadang disebut sebagai “delict” (delik). Para pakar di bidang hukum pun masih terdapat perbedaan mengenai pengertian “strafbaarfeit” ini, antara lain :
1) Moeljatno menerjemahkannya dengan istilah “perbuatan pidana”.
 
2) Roslan Saleh menerjemahkannya dengan istilah “sifat melawan hukum daripada perbuatan pidana”.
 
3) Utrecht menerjemahkannya dengan istilah “peristiwa hukum”.
 
4) Soedarto menggunakan istilah “tindak pidana”, dengan alasan sudah mempunyai penilaian sosial (sosiologiche gelding) dan ternyata dalam perundang-undangan pidana di Indonesia, telah dipakai istilah tindak pidana tersebut, misalnya dalam UU No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi. Karena itu untuk sementara sambil menunggu terbentuknya hukum pidana nasional, digunakan istilah “tindak pidana” untuk mengganti istilah “straafbaarfeit” (Soemitro, 1996: 42).
 
5) Wirjono Prodjodikoro merumuskan definisis pendek, yakni tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenai pidana.
Moeljatno memberikan arti “perbuatan pidana”, sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana, barang siapa melanggar larangan tersebut.
 
Untuk adanya perbuatan pidana harus ada unsur-unsur :
1) Perbuatan manusia
2) Memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil)
3) Bersifat melawan hukum (syarat materiil). (Soemitro, 1996: 44).

tugas tulisan aspek hukum dalam ekonomi


RAH-KANG RI

Cerpen Budi Palopo

SENJA telah jatuh. Warna langit di barat Kampung Negariki telah berubah. Kuning keemasan yang tadinya terlihat cerah, berganti dominasi warna merah. Tapi, sejumlah anak lelaki telanjang dada itu masih juga tampak asyik bermain tembak-tembakan.

"Dor? Dor?Dor?!"
Pelepah daun pisang yang dijadikan senjata api laras panjang dibidikkan berulang-ulang. Yang kena tembak harus mati, kendati tak lama kemudian boleh hidup lagi. Ada yang tiarap. Ada yang bersembunyi. Ada yang berlari-lari.

Saat itu, di pojok luar rumah, Rah pun masih juga tampak asyik mengelus-elus sepatu kumal yang tergeletak di dekat tempat sampah. Entah itu sepatu lars milik siapa. Tak jelas pula siapa yang pertamakali memakainya. Yang pasti, sepatu kotor itu tak bertali. Tanpa pasangan, hanya tinggal yang sebelah kiri.
***
HAMPIR setiap hari Rah berusaha membersihkan kotoran yang melekat pada sepatu kulit itu, dengan cara merendamnya di bak mandi. Tapi, sepatu lars kumal itu tetap saja tak bersih. Baunya tetap saja tak sedap. Sampai-sampai, hanya untuk menghilangkan bau, Ning Tin --ibu Rah-- perlu menjemurnya hingga berhari-hari. Sayangnya, setelah kering, Rah kembali membasahinya. Setiap mandi, Rah pun selalu memandikannya pula. Alasannya, biar bersih. Tapi, sekali lagi, sepatu lars tak berlidah itu tetap saja tak bersih. Bahkan, baunya kian menyengat.

Kalau saja tumbuh sebagai manusia normal, dalam usia yang telah meninggalkan angka belasan tahun, Rah tentunya lebih gandrung bermain cinta daripada berakrab-akrab dengan barang rongsokan yang tak layak pakai itu. Kini, di Kampung Negariki, gadis-gadis seusia Rah toh nyaris semua telah hidup berpasang-pasangan. Bahkan tak sedikit yang telah berstatus janda muda.

Sayangnya, Rah bukanlah gadis normal. Soal wajah, sepintas memang masih menarik, kendati tak bisa dibilang cantik. Terutama kalau gerai rambutnya diatur menutupi bagian telinga. Sebab, selain buah dadanya tak menyembul, Rah ternyata tak memiliki daun telinga

Pendek kata, kondisi fisik maupun mental Rah tergolong cacat berat. Nyaris tak pernah mau bicara. Kalau toh ada suara yang bisa dilontarkannya, itu pun tak lebih dari kata-kata umpatan: "bangsat?!" Tersenyum, kalau ingin menunjukkan suasana hati senang. Tertawa-tawa kalau sekiranya ada hal yang dianggapnya lucu dan patut ditertawakan. Selebihnya, diam.

Rah gadis ideot? Sepertinya memang begitu. Tapi, nanti dulu. Ketika masih diperbolehkan bersekolah dasar, Rah ternyata pernah menunjukkan diri sebagai anak yang normal dan cerdas. Ia selalu jadi bintang saat kelas I dan II. Rah selalu menempati ranking pertama. Sayangnya, ketika ia kelas III, pendidikan formal itu harus berakhir dengan tragis.
***
PAGI itu, langit tak lagi mendung. Dari rumah seorang tetangga yang sedang berhajat mengkhitan anaknya, terdengar lagu berirama langgam yang tersuarakan lewat tape recorder. Lirik lagu berbahasa Jawa itu pun cukup menyentuh: "?golekan, kae golekane sapa. Yen sira tansah dadi golek-golekan, ingsun mengko entek mimis pira?"(1)

Di tempat pejagalan samping rumah, Kang Ri sedang sibuk menguliti seekor sapi yang baru saja disembelihnya. Tampak serius, dan menegangkan. Tanpa nyanyi. Tanpa cengkerama. Saat itulah, di dekat Kang Ri kerja, Rah bermain anak-anakan. Boneka plastik yang dimilikinya, dikudang-kudang, di-emban-ayun-kan, dan diajarinya untuk bisa bicara dengan bahasa manusia.

"Rah? minggir?!" bentak Kang Ri, merasa terganggu.
Entah kenapa, Rah seakan tak mendengar perintah Kang Ri yang dipanggilnya "bapak" itu. Akibatnya, Rah kena marah. Boneka yang tengah dipeluknya mendadak direbut Kang Ri, lalu dibuangnya.

Rah kaget. Dengan tangis tertahan, ia segera memburu boneka kesayangannya. Tapi, bocah tak beralas kaki itu pun mendadak ragu. Kendati air matanya menetes-netes, Rah sepertinya tak berani lagi menyentuh boneka kesayangannya. Ia memilih sikap menggores-gores tanah dengan sebilah tatal kayu, di sekitar tubuh boneka berlumur darah, yang tergeletak di pelataran rumah. Ia seakan membuat tengara kesedihan bergaris-garis tanpa aturan di tanah pijakan, untuk mengenang boneka yang dianggapnya telah mati terbunuh.

Tak lama kemudian, Kang Ri yang jari-jari kedua tangannya masih belepotan warna merah, datang menghardik. Rah diminta untuk segera masuk rumah. Tapi, Rah menanggapinya dengan gelengan kepala. Rah menolak. Rah memilih diam di tempat, untuk terus menggores-gores tanah di sekitar boneka dengan sebilah tatal kayu yang dipegangnya.

Tanpa banyak kata-kata, lelaki bertubuh kekar itu lalu mencengkeram lengan kiri Rah. Dan, tangis bocah perempuan berpita rambut merah itu pun meledak. Menyayat, menjerit-jerit. Kendati demikian, Rah tetap diseret dan terus diseret-seret. Rah dipaksa jauh meninggalkan boneka mainannya. Alasannya sederhana: Rah harus mandi sembari menghapal teks Pancasila, sebelum pamit berangkat sekolah dengan mencium tangan bapaknya.
***
ENTAH sudah berapa kali Rah kena gebuk Kang Ri. Yang jelas, Rah sering menangis. Suatu hari, menjelang bulan Agustus, setelah melihat bendera merah-putih berbagai ukuran diperjualbelikan di pinggir jalan, Rah juga menangis. Rah, ketika itu digebuk Kang Ri lantaran memaksa minta dibelikan bendera baru.

"Rah, memang nakal. Bapaknya sudah punya bendera kok masih saja minta dibelikan bendera lagi. Maunya sih ingin bendera sendiri, yang bisa dibawa untuk karnaval di sekolah. Tapi untuk karnaval itu kan bisa dengan bendera kertas. Bapaknya telah berjanji mau membuatkannya, tapi Rah menolak. Rah minta dibelikan bendera sungguhan. Bendera kain. Lha itu kan, namanya pemborosan," jelas Ning Tin pada seseorang yang berbasa-basi menanyakan soal tangis Rah.

Rah nakal. Vonis itulah yang dijatuhkan ibunya sendiri. Ya, Rah nakal. Tepatnya, dianggap nakal. Karena itulah, ia kena gebuk. Karena itulah, ia sering menangis. Dan, pagi itu, setelah diseret-seret Kang Ri untuk meninggalkan boneka, tangis Rah kembali terdengar menyayat. Di antara jerit tangisnya, dari kamar mandi, terdengar pula suara Rah terbata-bata melafalkan teks Pancasila.

"Kang Ri memang keterlaluan kok," aku Ning Tin pada orang lainnya. "Wataknya kaku. Apa maunya harus dituruti. Kang Ri itu nggak mau dibantah. Sementara Rah sendiri ya ndablek. Seringkali nggak pedulikan omongan bapaknya," jelasnya.

Kang Ri wataknya memang kasar. Juga tergolong pemberang. Tukang jagal sapi satu-satunya yang ada di Kampung Negariki itu sering marah-marah. Dan, kalau sudah marah, orang-orang di dekatnya nyaris tak ada yang berani membuka mulut. Istrinya, kemenakannya, juga semua pembantu kerja penjagalannya, terpaksa diam. Tak ada yang berani memotong kalimat omelannya. Jika ada yang berani menyela kata, bisa dipastikan semua barang di dekatnya hancur berantakan.

Menurut Ning Tin, Kang Ri itu punya penyakit dog-nyeng. Sebentar-sebentar marah, sebentar itu pula ia kegetunen. Jelasnya, marah Kang Ri tak pernah berlarut-larut. Setelah memuntahkan amarahnya, seringkali Kang Ri merasa menyesali diri. Bahkan, seringkali pula, hal-hal yang menyulut kemarahannya justru dijadikan bahan kelakar setelah ia tak marah lagi.

Pernah, dalam sebuah kesempatan ngobrol di pos jaga kampung, Kang Ri bercerita sembari tertawa-tawa. Saat itu menyinggung soal Rah yang menolak diciumnya. Alasan Rah, mulut Kang Ri bau. Dan, karena Rah tidak mau dicium, Kang Ri marah-marah. Rah pun digebukinya. "Setelah saya pikir-pikir, ternyata Rah benar. Mulut saya memang baunya amit-amit. Saya sendiri jijik. Tapi, istri saya kok betah ya?" katanya penuh canda.

Persoalan yang menyulut amarah Kang Ri kadang memang terlalu sepele. Yang terjadi pada pagi itu, misalnya. Hanya karena Rah bermain anak-anakan sembari bernyanyi-nyanyi di dekatnya, Kang Ri marahnya bukan main. Celakanya, peristiwa mengenaskan itu pun masih berlanjut.

Usai mandi, Rah ternyata kembali tertatih ke tengah pelataran. Bocah sekolah dasar itu telah mengenakan rok seragam berwarna merah. Sepatu belum dipakai. Baju putihnya belum juga dikancingkan. Ya, dengan dada sedikit terbuka, Rah melangkah mendekati boneka kesayangannya yang masih tergeletak di pelataran rumah. Sorot matanya memerah saga. Isak tangisnya masih tersisa.

"Rah?!"
Ning Tin memanggil-manggil. Tapi, Rah tak peduli. Ia seolah tak mendengarnya. Rah tetap melangkah. Boneka yang berlumur darah sapi itu pun kembali digendong dan dipeluknya.

"Rah?! Pakai sepatu dulu?!" pinta Ning Tin, setengah memperingatkan.

Dan, suara peringatan Ning Tin ternyata memancing perhatian Kang Ri. Pandangnya seketika mengarah ke bocah yang tak beralas kaki itu. Melihat Rah tak memedulikan suara panggilan ibunya, Kang Ri kembali beraksi. Lelaki pemberang yang tengah sibuk memotong-motong daging sapi di pejagalan samping rumah itu segera mendekati Rah. Tapi, entah kekuatan dendam macam apa yang merasukinya, Rah menantang. Tanpa sepatah kata yang terlontar, Rah cepat-cepat meraup segenggam batu kerikil pelataran untuk dilempar ke wajah bapaknya.

Lalu, tangis Rah pun kembali meledak. Rah kembali digebuk. Rah kembali dihajar. Rah diseret-seret hingga ke pojok rumah, dan kepalanya dibentur-benturkan ke tempat sampah. Bahkan, sepatu lars hilang pasangan yang tergeletak di dekat tempat sampah itu diangkat Kang Ri tinggi-tinggi, lalu dihantamkan ke wajah Rah berkali-kali.

"Bangsat?! Aku ini bapakmu? bangsat! Berani-beraninya kamu melawan? hah! Bangsat?! Bangsat?! Bangsat?!" umpat Kang Ri, sembari menendang-nendang tubuh Rah. Dan, sejak itulah Rah dilarang main boneka. Rah dikurung. Dilarang keluar rumah. Dilarang melanjutkan sekolah.

Bertahun kemudian, tahulah semua orang kampung. Ternyata, Rah tumbuh sebagai gadis yang cacat berat. Tak punya buah dada, dan tanpa daun telinga. Setelah dilarang Kang Ri main anak-anakan, Rah seolah kehilangan rasa cinta. Setiap melihat boneka plastik yang berwajah bayi manusia, Rah segera mengambil pisau dapur lalu berusaha menyembelihnya. Celakanya, sepatu lars hilang pasangan, kumal dan berbau, yang pernah jadi alat penghantam kepalanya itu, justru dianggapnya sebagai teman main yang menyenangkan. Teman main yang patut digendong-gendong dan diemban-ayunkan.

Hampir setiap hari, Rah menghabiskan waktu di pojok rumah, dekat tempat sampah, hanya untuk berakrab-akrab dengan sepatu lars yang dianggapnya sebagai satu-satunya teman main. Dan, anehnya, jika ada seseorang yang menyapa saat ia bermain, Rah buru-buru masuk rumah. Bersembunyi di balik pintu, sembari mengintip-intip lewat celah dinding bambu. Setelah memastikan si penyapa beranjak pergi, barulah Rah keluar untuk bermain lagi.
***
DAN, senja pun telah benar-benar jatuh. Warna langit di barat Kampung Negariki kian memerah. Dari surau terdengar kumandang adzan. Tapi, anak-anak lelaki yang telanjang dada itu masih saja ribut main tembak-tembakan. Di tengah suasana permainan yang ribut itu, Rah ternyata masih juga tampak asyik mengelus-elus sepatu lars kesayangannya.

"Rah?Rah?!"
Mendengar suara Ning Tin memanggil-manggil, Rah segera beranjak masuk rumah. Namun, sebelum sampai pintu, ia ditabrak seorang anak lelaki yang tengah berlari menghindari bidikan senapan. Rah jatuh, terjengkang di teras rumahnya sendiri.

"Dor? dor? dor!" teriak seorang anak lelaki lainnya, sembari membidik-bidikkan pelepah pisang yang dijadikan senjata.

"Pause?pause. Nggak bisa. Aku lagi tiarap, nggak bisa ditembak!"
"Ya nggak bisa begitu. Kamu kena tembak. Kamu harus mati. Kamu nggak tiarap, tapi terjatuh karena menabrak Rah?.!"

Perang mulut pun terjadi. Dua anak lelaki yang tengah bermain tembak-tembakan itu tak ada yang mau mengalah. Masing-masing punya alasan. Masing-masing merasa benar. Mereka bahkan tak peduli pada Rah yang menjerit-jerit kesakitan.

Sementara, di ruang tengah, Kang Ri berbaring lunglai di atas balai-balai bambu bertikar pandan. Kang Ri jatuh sakit. Lima tahun sudah, tukang jagal sapi itu tak bisa bicara. Kalau minta sesuatu pada Ning Tin ia hanya menuding-nuding sembari mendesis, "oh? oh? oh" yang tak jelas artinya. Anehnya, sorot mata lelaki berbibir sumbing itu masih juga tampak berapi. (*)

Referensi :
http://kumpulan-cerpen.blogspot.com/2005_03_13_archive.html